Sabtu, 03 Juni 2017

Dunia Bisnis: Kab. Buton, Kab. Muna, dan Konsel Pengekspor Jambu Mete Terbesar Di indonesia


Meningkatnya pertumbuhan konsumsi dunia terhadap mete adalah salah satu peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi mete, utamanya dalam 18 bulan ke depan. Produksi mete Indonesia setiap tahun diperkirakan sebanyak 95 ribu ton dan hanya 20 persen disalurkan untuk kebutuhan dalam negeri, sementara 80 persen di ekspor ke berbagai negara.
Selain itu, masa panen mete di Indonesia berada disaat yang tepat yakni saat negara penghasil lainnya telah melewati masa panen serta dekat dengan negara pengolah, sekaligus produsen dan konsumen yakni India dan Vietnam, kata Konsultan Smallholder Agribusiness Development Initiative (SADI) dari Inggeris, Peter Jaeger PhD di Kendari, Selasa, usai membawakan materi pada lokakarya pengembangan industri mete.
Mete gelondongan Indonesia diterima baik di berbagai pasaran dunia karena memiliki kualitas yang sudah terbukti, walaupun tingkat produksinya berada diposisi kelima setelah Negara India, Vietnam, Brazil dan Afrika Timur. Ini adalah peluang bagi petani mete di Indonesia untuk meningkatkan produksi metenya, sebab pasaran internasional sudah melihat kualitas dan kuantitasnya, katanya.
Untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia, sebaiknya hasil mete tidak lagi diekspor dalam bentuk gelondongan tetapi sudah dalam bentuk paket yang siap dipasarkan. Untuk itu, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, sehingga Indonesia bukan hanya negara pengekspor tetapi juga bisa menjadi negara eksportir seperti India dan Vietnam yang saat ini menjadai negara terbesar eksportir mete di pasaran internasional.
Pihaknya menyebutkan bahwa salah satu negara terbesar pengekspor mete gelondongan ke India, Vietnam dan Brazil adalah Indonesia yang kemudian di negara itulah mete tersebut diolah.
Kadis Perkebunan dan Holtikultura Sultra, Drs Syamsul Bahri mengatakan, jumlah lahan produktif jambu mete di Sultra baru mencapai 91.700 hektare dengan produksi perhektar mencapai 400 kg.
Padahal, potensi lahan pengembangan jambu mete di Sultra seluas 120 ribu hektare, namun karena rendahnya harga pembelian, baik dari pedagang maupun pengusaha menyebabkan petani lebih memilih mengembangkan komoditi lain seperti kakao.
Petani mete di Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga kini masih terus tertarik mengolah biji mete gelondongan menjadi kacang mete yang prospek pasar maupun nilai jualnya lebih menjanjikan. Harga biji mete kupas yang siap dikonsumsi dari wilayah Indonesia, saat ini memiliki harga tertinggi dari 25 negara penghasil mete se dunia, karena memiliki kualitas yang terbaik.
Menurut Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Dr Ir Rusnadi Padjung MSc, rendahnya produksi mete di Indonesia diakibatkan oleh belum adanya revitalisasi atau peremajaan tanaman yang sudah berumur 30 tahun.
“Pengembangan usaha yang masuk skala industri rumah tangga itu sebenarnya digalakkan sejak hampir 20 tahun lalu, saat Gubernur Sulawesi Tenggara, yang dipimpin Ir H Alala (Almarhum),” kata Kadis Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Ir H Ahmad Chaedir, Msi.
Ia mengatakan, pengelolahan atau pengupasan kulit luar dan kulit ari mete gelondongan dengan peralatan sederhana itu, masih banyak dijumpai di beberapa sentra produksi mete seperti di Kabupaten Muna, Buton, Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan.
Ia mencontohkan, di sepanjang perjalanan di Kecamatan Napabale hingga ujung Kabupaten Muna bagian selatan serta di Kecamatan Lombe dan Tolandona, Kabupaten Buton, pengolahan kacang mete secara sederhana masih sangat ramai. Peralatan yang digunakan pun sebenarnya masih sangat sederhana yakni sebuah pisau khusus. Hanya saja orang yang menggunakan itu harus trampil karena biji mete tidak boleh terbelah saat dikupas, di samping getahnya ‘kurang bersahabat’ bagi kulit bila pengolahnya tidak berhati-hati.
Kacang mete memiliki harga yang menggiurkan dibandingkan dengan mete gelondongan, sedangkan pemasarannya pun tidak sulit dan terbuka sepanjang tahun. Ditingkat pengelola, harga mete saat ini mencapai Rp90.000 – Rp100.000/kg sementara ditingkat pedagang hingga mencapai Rp150.000/kg bahkan lebih (untuk kualitas super). Sedangkan harga mete gelondongan ditingkat petani hanya berkisar Rp15.000/kg hingga Rp20.000/kg.
Pengelolaan biji mete menjadi kacang mete tersebut sebagian besar dilakukan oleh kaum ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak dengan upah Rp1.000/kg. Sementara upah pengupasan kulit ari hingga mencapai Rp1.500/kg.
“Jadi kita harus bersyukur dengan maraknya industri tradisional pengolahan mete itu akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani dan keluarganya. Ini tentu lebih baik dari pada mereka menjual langsung mete gelondongan ke pedagang yang selanjutnya dijual lagi ke industri pengolahan skala besar,” katanya.
Data dari Dinas Perdagangan setempat di Kabupaten Muna, sedikitnya ada 1000 kelompok usaha industri pengolahan mete. Sekitar 85 persen diantaranya masih merupakan pengelola industri yang mengunakan alat sederhana (tradisional).

Selasa, 02 Mei 2017

CARA MENGOLAH JAMBU METE GELONDONGAN MENJADI SIAP KONSUMSI

1. Pengeringan/Penjemuran
penjemuran Biji Mete gelondongan di lakukan agar getah yang terdapat dalam jambu bij bisa berkurang, sehingga memudahkan untuk Membela dan Mencungkil biji Jambu mete yang masih berada di cangkang nya ketika di belah


2. Membelah Kulit biji Mete
proses Membelah Kulit Biji Mete ini adalah Pooses Membelah kulit kacang mete menjadi 2 bagian tanpa merusak isi dari kacang mete tersebut, proses ini Membutuhkan alat khusus dan keterampilan yang khusus. kacang kulit mete pada umum nya memiliki tampilan yang teratur sehingga sangat sulit untuk membelah kacang mete, apalagi untuk orang yang baru pertama kali mencoba membelah jambu mete. saya sendiri proses ini merupakan yang paling susah di antara proses-proses lainnya



gambar diatas menunjukan cara pengalahan jambu mete yaitu membelah kulit mete menjadi 2 bagian dengan cara menaruh biji mete di antara pisau atas dan pisau bawah pada alat tersebut ( piasau atas terletak di parang/pegangan bagian atas dan pisau bawah terletak di bawah pegangan itu) dan tekan/ayunkan alat nya sehingga memotong 1/8 kulitnya dan goyangkan kan kekanan.

Kacang Mete yang sudah di belah

3. Pelepasan Biji Mete Pada Kulit nya/ Pencungkilan Jambu Mete
pelepasan Biji mete dari kulit nya cukup mudah yaitu menggunakan alat yang bernama cungkil, biji mete di cungkil dari pantat/ atau bawah mete agar tidak mudah patah

Jambu Mete Yang Sudah Di Cungkil
Atau di Lepas Kulit nya


Kulit Mete yang sudah di lepas

4. Pelepasa Kulit Ari Biji Jambu Mete
Sebelum Mlakukan Pelepasan Kulit ari jambu Mete ada baiknya Jambu Mete Di jemur terlebih dahulu agar Kulit ari jambu mete mudah terlepas. ada pun alat2 yang di siapkan untuk Melepas kulit ari jambu mete yaitu
1. siapakan arang/ atau bara api yang terbuat dari kulit/cangkang jambu mete yang sebelum nya sudah di bakar dan menjadi sebuah arang
2. siapakan baskon yang terbuat dari besi atau sebagai nya yang tidak terbakar oleh api
3. siapkan penutup atau pantat drum yang terbuat dari besi sudah di potong atau di modifikasi. bisa juga menggunakan alat lain yang penting bisa menghantarkan panas atau tahan terhadap api dan bisa menempatkan jmbu mete di atas nya

Cara pengupasan
1. masukan bara api di baskom yang sudah di siapkan usahakan bara yg di masukan tidak terlalu panas agar jambu mete nantinya tidak mudah gosong
2. Letakan penutup drum tadi diatas baskom, penutup drum berfungsi sebagai tempat memanaskan jambu mete agar kulit ari nya mudah terlepas.
3. Letakan jambu Mete secara merata  ke atas Penutup drum, tunggu jambu mete hingga mulai agak panas (3 menit), kalau sudah panas mulailah untuk melepas nya, letakan terus jambu mete nya hingga selesai, 

5. Penjemuran Dan Pengeringan Jambu Mete
fungsi penjemuran ini adalah untuk Mengurangi kadar air pada jambu mete itu, sehingga jambu mete lebih awet dan tidak mudah rusak selain itu akan membuat rasa jambu mete itu menjadi gurih


Sekian Cara Mengolah Jambu Mete